Ketika Kamu Kesepian
- Nurrani Aprilia
- 30 Jul 2021
- 3 menit membaca

Kita semua tahu bahwa salah satu hal yang paling ditakutkan oleh manusia adalah rasa sepi. Meski beberapa yang lain memang suka dengan kesepian dan kesendirian. Tapi saya yakin, ketika kita berbicara tentang itu, nyatanya sepi bukanlah kawan. Ia menjelma sebagai pilihan akhir yang memang tidak bisa dielakkan. Bukan begitu, teman?
Sepi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, ia memiliki makna sunyi, lengang, tidak ada orang, dianggap tidak ada apa-apa . Kalau kita coba pahami katanya, sepi menunjukkan keadaan yang tidak berteman. Sendiri. Merujuk pada ketiadaan kehadiran.
Saya yakin kita semua pasti pernah mengalami kesepian. Keadaan dimana hidup rasanya begitu hampa, tidak memiliki apa-apa, tidak ada siapa-siapa, kosong dan tidak bermakna. Apalagi di tengah usia remaja menuju dewasa. Keadaan yang begitu asing dari biasanya, memaksa kita untuk paham dengan apa yang ada. Rasa sepi itu hadir tanpa kita minta, ia tiba-tiba datang dan membuat jiwa terasa tidak berdaya. Rasa sepi ini sebenarnya sebuah peralihan, dimana kondisi yang kita alami sebelumnya begitu baik dan bahagia, namun berubah sendiri dan cenderung gelisah. Tidak mudah menghadapi rasa kesepian. Semua lingkungan di depan mata rasanya jauh dari peradaban. Nyatanya, pun kalau di tengah keramaian orang-orang, jika perasaan kita sepi, ia tidak akan terobati, sepi tetaplah sepi.
Mungkin kita bertanya-tanya bagaimana kesepian itu menyapa secara tiba-tiba pada hidup kita? Apa yang hilang dari pelupuk mata, apa yang terasing dari harap yang terencana? Mungkinkah jauh dari doa penyebabnya? atau dari interaksi dengan manusia yang berkurang maknanya? atau mungkin bagian dari keduanya?
Pertanyaan itu hanya bisa dijawab oleh diri sendiri dan waktu. Bagaimana ia menjelaskan rasa sepimu hingga berlalu.
Beberapa kali, saya juga pernah merasakan kesepian yang cukup mengganggu. Berkali-kali saya mencoba meresapi dan mengeluarkan masalah itu. Tidak enak kesepian. Mau bertindak apapun rasanya seperti robot berjalan. Mana belum kalau sedang benar-benar sedang sendirian, misal di perantauan. Hidup jauh dari keluarga, satu-satunya teman yang setia adalah tembok indekos dan bayangan.
Saya coba keluar dari kesepian itu. Beberapa hal berikut mungkin juga akan membantumu, mungkin kondisi kita tidak sama persis. Tapi mencoba keluar dari rasa kesepian itu bisa kita tepis dengan sedikit tips. Kan?

1. Biarkan perasaan itu mengalir. Gapapa, biarkan rasa kesepian itu ada. Kalau kamu mencoba untuk menghindar, justeru kesepian itu semakin kuat. Percaya deh, setiap penolakan dari sesuatu yang dipaksa, itu malah semakin menjadi-jadi pada akhirnya. Jadi, yaa.. biarin aja. Biarin aja dulu, bahwa kamu lagi hampa, lagi sepi dan lagi ngga baik-baik aja. Terima apa adanya.

2. Kesepian itu adalah hal yang wajar. Setelah dibiarkan mengalir, maka langkah selanjutnya adalah menyadari. Sadar bahwa kesepian hal yang wajar, hal yang nggapapa, normal dialami manusia. Is okay. Wajar banget kok perasaanmu itu, memang rasanya asing karena belum pernah mengalami ini sebelumnya. Tapi bukankah berkawan dengan sesuatu yang baru, justru lebih asik rasanya? (hyahyahya)

3. Coba cari hal-hal menarik. Kamu pasti punya hobi yang unik. Kalau kamu memang suka menjahit, ya jahit. Kalau memang sukanya berenang, ya renang. Lho, lagi kesepian kan males ngapa-ngapain. Nah, jangan males duluan. Kalau kamu memang suka melakukan hal itu, kenapa ngga dicoba buat dilakukan? // Gabisa tau.// Coba aja dulu. Emang tahan terus-terusan ngerasa kesepian?

4. Kalo kamu suka menulis, tulis sesuatu (apa saja). Kalau kamu suka bercerita, cari orang lain untuk mendengarkanmu. Kalo keduanya, lakukan semua. Kesepian bisa juga datang karena kita tidak berkomunikasi secara intens. Mungkin saja, energimu perlu disalurkan. Kalau memang duniamu tentang kata dan tulisan, tuangkan semua perasaan gelisahmu itu. Dimana saja, bisa kertas, handphone, laptop, komputer, buku diary. Pokoknya tulisan, biar apa yang kamu rasakan tercurahkan. Beda lagi kalau energimu datang dari bercerita ke orang lain, maka carilah orang terdekat. Misal telpon ibu/bapak/sanak saudara keluarga atau bisa juga sahabat. Berdasarkan pengalaman pribadi, melakukan kedua hal tersebut ampuh dan manjur mengatasi rasa sepi. Rasanya, oke aja gitu. Hilang dan yaaa kembali ke kondisi awal; baik-baik saja kemudian.

5. Talk with urself, after fourth step. Ngomong ke diri sendiri, penting. Sebagai bahan evaluasi, yang tau ada apa dengan dirimu ya diri sendiri.

6. Sepimu akan mereda, percayalah. Sabar.. sabar, semuanya perlu proses. It will through all well.

7. Istirahat dari hal-hal yang membuat kamu lelah. Aktivitas yang banyak, jelas membuatmu penat. Menepi sedikit.. Kamu bisa tidur, duduk, ngopi, ngemil, menikmati quality time dengan baik.

8. Sepi bagian dari menuju bahagia. Yak! semua ini adalah proses. Setiap hal-hal menuju bahagia, ada hambatan yang tak terduga. Bukankah sebelum menuju tembok cina, kita harus berjalan melewati beribu-ribu tangga?
***
Sudahi rasa sepimu ya! Jangan lupa makan, minum, kerja, istirahat dan bahagiaa :D
Comments